Cara Mengatasi Etnosentrisme yang Perlu Diketahui
Jakarta Etnosentrisme adalah praktik memandang dan menilai budaya orang lain berdasarkan nilai dan kepercayaannya sendiri. Etnosentrisme adalah bagian dari ilmu sosial dasar.
Istilah etnosentrisme berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu ‘ethnos’ yang berarti bangsa, dan ‘kentron’, yang berarti pusat. Hal ini berarti etnosentrisme adalah bangsa yang menjadi sebuah pusat.
Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), etnosentrisme adalah sikap atau pandangan yang berpangkal pada masyarakat dan kebudayaan sendiri, biasanya disertai dengan sikap dan pandangan yang meremehkan masyarakat dan kebudayaan lain.
Secara lebih spesifik, etnosentrisme bisa diartikan suatu pandangan atau persepsi yang dimiliki oleh seorang individu atau kelompok mengenai penilaian kebudayaan lain.
Etnosentrisme memang sulit dihilangkan, tetapi bisa dihindari. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk menghadapi etnosentrisme.
Berikut ini beberapa yang bisa dipraktikkan untuk mengatasi etnosentrisme, seperti dilansir dari laman digilib.unikom.ac.id, Jumat (3/6/2022).
Cara Mengatasi Etnosentrisme
Bersikap Terbuka
Komunikasi dapat berhasil apabila masing-masing pihak berpikir terbuka dan terbiasa dengan berbagai pemikiran. Kemampuan ini akan membantu mengendalikan pandangan dan tanggapan kita terhadap sesuatu hal.
Output yang keluar tidak hanya berdasarkan pendapat pribadi, melainkan sesuatu yang bersifat umum dan bisa diterapkan oleh pihak lain.
Memahami, Mengakui, dan Menerima Adanya Perbedaan
Setiap orang memiliki perbedaan. Bahkan, dalam satu suku saja masing-masing individu dapat memiliki keyakinan atau kepercayaan yang berbeda.
Hal tersebut yang menjadi alasan mengapa setiap suku di Indonesia memiliki pandangan dan nilai-nilai yang berbeda.
Nilai-nilai yang telah tertanam sejak lahir ini yang akhirnya memengaruhi individu dalam menilai dan menyikapi sesuatu hal. Etnosentrisme mungkin tidak akan berpengaruh pada masyarakat yang memiliki banyak persamaan.
Namun, masalah akan timbul apabila mereka berkomunikasi dengan masyarakat dari budaya luar bahkan dari negara yang berbeda.
Ketakmampuan untuk memahami hakikat perbedaan menjadi satu di antara penyebab kegagalan komunikasi antarbudaya.
Memandang Perbedaan sebagai Kekayaan
Etnosentrisme mungkin masih dapat dipertahankan, tetapi dengan batasan tertentu dan dengan pemahaman yang berbeda.
Etnosentrisme dapat mempererat kekeluargaan dan dapat saling memberikan rasa aman dalam suatu kelompok. Hal ini tentu merupakan hal yang positif.
Namun, apabila konteksnya lebih luas, perlu adanya pandangan baru akan makna sebuah perbedaan. Perbedaan tersebut bukan untuk mengotak-kotakkan, melainkan untuk memberikan warna, suasana, dan hal-hal baru.
Hindari Sikap Menghakimi
Seperti yang sudah dikemukakan di atas, pemikiran terbuka dapat membuat kita terbiasa dengan pemikiran baru sehingga kita dapat mengontrol output yang keluar dari diri kita.
Satu di antara bentuk kontrol tersebut adalah dengan menghindari sikap menghakimi orang lain. Apabila sedang berkomunikasi, terutama dengan orang yang memiliki latar belakang yang berbeda, posisikan dia sejajar dengan kita.
Jangan Membuat Asumsi Dini
Jika seseorang menyampaikan pemikirannya, dengarkan dan hargai pendapatnya. Jangan memberikan asumsi sebelum benar-benar melihat dari sudut pandangnya.
Bangun Kerja Sama dan Komunikasi dengan Individu dan Budaya Lain
Kita perlu terbiasa menjalin komunikasi dengan setiap orang untuk membiasakan diri terhadap perbedaan, sekalipun mereka memiliki latar belakang dan budaya yang bertolak belakang dengan kita.
Jika kita sudah terbiasa maka kita akan lebih mampu untuk menilai sesuatu dari berbagai sisi dan pertimbangan.
Berpikir Positif
Mungkin kita adalah orang yang sudah dapat mengendalikan etnosentrisme, tetapi lingkungan kita tidak sepenuhnya memahami makna perbedaan. Nah, inilah tantangan bagi kita untuk menanggapinya, dengan cara memberikan respons positif. Jangan mudah tersinggung dan jangan mudah terpancing.